PENGARUH PENAMBAHAN CANGKANG KERANG TERHADAP PEMBUATAN ASPAL GEOPORI

Authors

  • Muhammad Geraeldy Rasyid Politeknik Negeri Sriwijaya
  • Rizky Pajar Rhamadon Politeknik Negeri Sriwijaya

Keywords:

Geoporous Asphalt, Clam Shell, Marshall Test, Permeability

Abstract

Perencanaan perkerasan jalan, terlebih perkerasan lentur (flexible pavement) secara umum memiliki sifat yang kedap air, sehingga dapat menyebabkan kurangnya lahan sebagai resapan air. Aspal geopori merupakan aspal geopolimer yang memiliki pori/rongga, dimana penggunaan aspal geopori ini bisa menjadi alternatif yang ramah lingkungan karena pembuatan aspal geopori ini memanfaatkan limbah, serta dalam pengaplikasiannya diharapkan dapat membantu peresapan air kedalam tanah dengan baik. Limbah yang digunakan dalam pembuatan aspal geopori pada penelitian ini adalah Cangkang Kerang.

Kerang adalah salah satu hewan lunak (Mollusca) kelas Bivalvia atau Pelecypoda. Kerang biasanya  simetri bilateral, mempunyai  sebuah mantel yang  berupa  daun telinga  atau  cuping dan cangkang setangkup. Bahu jalan merupakan salah satu fasilitas jalan yang memiliki peran penting, tetapi permasalahan yang kerap terjadi di bahu jalan adalah adanya gerusan sehingga terbentuknya genangan air yang bisa membuat lapisan perkerasan dibawahnya menjadi rusak akibat genangan air yang terserap kebawah. Penggunaan aspal gropori di bahu jalan bisa menjadi alternatif, karena nantinya genangan air akan terserap melalui aspal geopori lalu melewati saluran drainase yang langsung terserap kedalam tanah tanpa merusak lapisan perkerasan yang ada dibawahnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar variasi campuran antara cangkang kerang sebagai pecampuran agregat kasar sampai mendapatkan variasi campuran yang paling optimal dalam pembuatan aspal geopori. Penelitian ini menggunakan aspal penetrasi 60/70 dengan hasil kadar aspal optimum (KAO) sebesar 4,6%. Hasil uji pada benda uji untuk nilai parameter Marshall yang paling optimal adalah variasi kadar campuran Cangkang Kerang 25% : Agregat Kasar 75% dengan nilai stabilitas sebesar 1181,85 kg, nilai flow 3,92 mm, nilai VIM (Void In the Mix) 19,96%, nilai Marshall Quotient (MQ) 117,44 kg/mm, dan nilai koefisien permeabilitas 0,247 cm/det. Semua nilai parameter Marshall, dimana spesifikasinya yaitu stabilitas >500 kg, flow 2-6 mm, VIM 18-25%, MQ <400 kg/mm.

References

Perkembangan dan pertumbuhan penduduk di Indonesia sangatlah pesat. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka akan mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk. Peningkatan jumlah kendaraan membutuhkan suatu prasarana jalan yang memadai dan mampu memperkecil potensi kerusakan yang terjadi. Jalan adalah hal terpenting sebagai prasarana transportasi untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi masyarakat. Saat pembangunan jalan ada beberapa tahapan pengerjaan yang harus dilakukan. Salah satunya adalah tahap perkerasan jalan . Jalan diperkeras dengan menggunakan lapisan konstruksi yang mempunyai kekuatan, ketebalan, kekakuan dan kestabilan tertentu. Tujuannya tak lain supaya jalan bisa menyalurkan beban kendaraan yang melintas di atas permukaan jalan ke tanah bagian dasar dengan aman. Jenis perkerasan jalan raya ini menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Aspal geopori merupakan salah satu teknologi yang diciptakan oleh salah satu dosen Insitut Teknologi Bandung (ITB). Nama geopori/geopore sendiri merupakan akronim dari Geopolymer Porous atau jalan berpori. Pori yang dimaksud dalam geopori inilah yang memungkinkan air pada permukaan dapat terserap kedalam tanah yang

dialirkan secara sedikit demi sedikit karena teknologi ini dapat menjadi salah satu cara atau solusi dari meminimalisasi terjadinya banjir. Aspal geopori merupakan aspal penyerap air yang memiliki daya serap sebesar 1000 liter/m2 per menit (Sugiharto, 2019). Penggunaan aspal geopori pada lapis bahu jalan dapat menjadi alternatif untuk mengurangi genangan air pada bahu jalan. Genangan air yang ada nantinya akan meresap melalui aspal geopori yang diaplikasikan pada bahu jalan, sehingga tidak akan merusak lapisan-lapisan perkerasan yang berada pada badan jalan karena air yang terserap melalui bahu jalan akan langsung terserap kelapisan tanah yang ada dibawahnya tanpa merubah karakteristik dari perkerasan jalan itu sendiri yaitu kedap air. Aspal geopori juga menjadi salah satu alternatif aspal ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah fly ash dari sisa pembakaran batu bara yang banyak terdapat di Sumatera Selatan. Berdasarkan penelitian terdahulu fly ash banyak dimanfaatkan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan aspal karena memiliki sifat pozzolan yang dapat membantu menambah kekuatan dari aspal geopori tersebut (Yuanda, dkk., 2021).

Downloads

Published

2024-09-19